Senin, 31 Agustus 2009
Dongeng Imsak 1 : Perencanaan Keuangan Keluarganya Pak Ahmad Gozali
Minggu, 30 Agustus 2009
Dongeng Imsak 1 : Disangka Teroris
*Membuat tulisan2 terinspirasi dari siapa? Dari kawan dekat tidak jauh tidak : Anes. Penulis tangguh dan tanggung yaitu Dongeng Ngabuburit. Dalam blognya aneshusen.multiply.com .blog yang bagus. Tetapi tidak sangat bagus. Karena dia menghindari kata sangat*
Pagi itu. Sebenarnya cukup siang. Jam 9 WIB. WIB = Waktu Indonesia Barat. Karena lokasinya di Bandung. Bandung adalah ibu kota Jawa Barat. Jadi masuk ke dalam wilayah WIB. Daerah lain yang masuk Waktu Indonesia Barat misalnya Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Irian Barat dan Bogor Barat. Jakarta? Jakarta ini terlalu kebarat-baratan. Boleh lah. Jam 9. Bunyi HP. Handphone. Ah bangsa ini suka sekali membuat singkatan. Bunyi HP Korun berbunyi. Tapi lupa bagaimana ringtonenya. Oh belum jaman lagu waktu itu masih monotonik. Belum ada ringtone yang isotonik. Siapa yang telepon? Oh bi Elly. Bibinya Korun. Bukan bibi dalam artian PRT. Singkatan lagi. Tetapi bibi dalam artian adiknya ayah. Adiknya papah lebih tepat. Bi Elly tinggal di daerah Ledeng. Deket Parongpong. Jalan menuju Lembang. Kalau ga tau beli aja peta Bandung. Susah jelasinnya. Bisa keburu imsak. Bi Elly bilang hari ini ga bisa jemput Fia. Siapa Fia? Anaknya Bi Elly. Jemput dimana? Di sekolahnya. Dimana sekolahnya di TK Darul Hikam. Di Dago. Bandung. Waktu itu Korun masih kost di jalan Tubagus Ismail. Bandung. Ngapain kost disana ? Karena masih kuliah. Dimana? Di ITB. Lagi2 singkatan. Dari Tb. Ismail ke ITB kan deket. Jaraknya kira2 seperti dari ITB ke Tb. Ismail. Korun pun bilang oh ga ada kuliah. Jadi bisa jemput Fia. Korun sebenernya baru bangun. Karena semaleman sibuk memanajeri sebuah klub sepak bola. AS ROMA. AS singkatan apa? Tidak tahu. Tapi pasti bukan alaihisalam. Tau kan betapa repotnya mengurus klub. Yah meramu formasi, menyusun strategi, melatih pemain, melakukan transfer ke klub lain, mencari talenta pemain muda potensial dll. Anes dan Angga dan Abenk juga pasti lelah mengurus klub masing2. Oh itu Anes lagi solat Dhuha. (agak sulit membedakan kalau kami berempat sedang solat shubuh atau solat dhuha) . Angga dan Abenk sudah pergi. Kemana ? Ga tau lah. Tadi waktu mereka pergi tidak bangunin Korun. Mudah2an mereka ke jalan yang benar. Lalu anes diajak Korun. Iya kata Anes gue mandi dulu. Ok jawab Korun juga mandi dulu. Di kamar mandi yang berbeda. Kami mandi cukup lama. Karena kami harus berhati2 menyampokan rambut kami yang terurai sepunggung. Habis pake sampo tidak lupa pake conditioner. Karena samponya 2 in 1. Nyisir pun cukup lama. Karena dalam 1 minggu pantangan bagi Korun tampil dengan gaya rambut sama. Minimal iket rambut atau jepitannya berbeda. Anes lebih suka diurai. Kalo kena angin berasa Tia Ivanka katanya. Singkat cerita kami sudah di depan gerbang TK Darul Hikam. Pas timingnya. Anak2 TK dan PG sedang keluar sekolah satu demi satu. Kami (Korun dan Anes) pun jadi perhatian Ibu2 yang jemput. Rata2 mereka memandang dengan khawatir. Kecuali para mbak2 pengasuh anak2 itu mereka senyum2 menggoda, malah ada yang minta no HP kami. Sekolah hampir sepi. Korun lihat Fia sedang dipeluk erat salah satu guru. Sambil ditanya ini itu. Telunjuk bu guru mengarah pada kami. Sementara guru yang lain mendekat pada kami. Menanyakan. Lebih tepatnya menginterogasi kami. Intinya untuk meyakinkan diri. Apakah benar kami ini penjemput yang legal. Terlalu, apakah dandanan kami tidak layak sebagai penjemput. Apakah bu guru tau dibalik rambut gondrong, kumis dan jenggot lebat Anes itu ada hati yang lembut? Yang selalu mengikuti sinetron2 Intan Nuraini. Apakah ibu guru kira kami ini teroris kelas cere. Yang mengincar anak2 TK untuk diculik? Bukan Bu. Kami bukan teroris. Apalagi pembuat bom. Kami hanya mahasiswa. Ini Kartu Tanda Mahasiswa. KTM. Lewat perdebatan yang biasa, tidak seru. Akhirnya Fia dilepas ke pangkuan kami. Setelah Bi Elly ditelepon Bu Guru. Dadah Bu Guru. Kami akan bawa Fia. Berdoalah sebelum pulang. Ajarkanlah pada anak2 TK itu untuk menilai seseorang bukan dari penampilan. Tetapi dari dandanan yang matching tentunya boo. Yuk mareee. Capcus.
Senin, 03 Agustus 2009
Sandiwara di Rumah Teman Lama
Ini cerita tentang kejadian sekitar tahun 2002. Atau 2003 saya lupa. Maaf. Pokoknya waktu masih kuliah di Bandung. Belum nikah sama Istri saya yang sekarang. Saya masih muda. Masih sanggup makan bubur kacang hijau. Masih berani tampil. Tidak malu-malu. Begini ceritanya :
Menjelang maghrib. Saya berada di rumah Fani. Di daerah Jl. Sukarno-Hatta Bandung. By Pass kalo orang bilang. Jangan salah sangka, Fani itu bukan pacar saya. Dia pacar teman yang lagi kuliah di Semarang. Saya bersama Anes, Riyadh (kemana kau sekarang *mbon?) dan Ketek. Ketek ini orang utuh. Bukan satu bagian anatomi tubuh saja. Dia orang yang seluruhnya ketek. wkwkwkwk. Astagfirulloh Maaf. Lagi apa kami disana? sudah kewajiban kami menjaga pacar teman. Sambil menunggu waktunya makan malam (keluarga Fani baik suka ngajak gitu).
Ba'da Isya, kami pamit. Perut pun kenyang sudah. Mau kemana kita? (kayak di film Dora). Kami menuju rumah seseorang. Dia adalah wanita yang membuat aku terpana. Ketika kelas 3 SD. Dan semenjak itu tak sekali pun pernah bertemu. Karena dia pindah sekolah. Foto pun ga pernah tau. Karena belum ada facebook. Ups Multiply deh. Tapi aku dapet info alamat rumah dia dari BIN. Karena rahasia kita sebut saja dia R. Karena namanya Ratna. Setelah minta ijin. Nekatlah kami meluncur kesana. Lebay. Kan pake mobil. Meluncur itu pake ski es.
Sampailah didepan rumah yg cukup mewah. Di mobil. kami membuat skenario sandiwara. Anes akan turun duluan dan mengaku sebagai saya. Toh Ratna eh R juga ga akan hapal. Udah belasan taun ga ketemu. Riyadh temenin Anes. Selang 10 menit saya dan Ketek turun. Terus duduk di teras. Persis di jendela ruang tamu. Terdengar obrolan mereka. "ikhwan sekarang iteman ya?" "ikhwan beda banget deh" "ikhwan gimana kabarnya Luli?" itu semua kata Ratna. "Ratna makin kece" "Ratna aku cinta banget loh sama kamu" "Ratna aku sempet stress waktu kamu pindah" "Ratna sudah punya pacar belum?" dengan pedenya kata2 itu meluncur dari rahang Anes yg menyamar sebagai Ikhwan.
Waw, wew , wiw... Ini sudah keluar dari skenario. Aku pun langsung masuk ke ruang tamu. Aku pikir Ratna akan langsung mengenali aku. Ternyata dia dingin aja waktu aku mengenalkan diri dengan nama Anes. 5-10 menit berlalu. Ikhwan palsu (Anes) semakin liar kian kemari kata2nya. Padahal udah saya injek berkali-kali kakinya. Ratna mulai curiga. Sampe satu moment dia menyadari sandiwara ini. Mukanya merah padam. Merah aja tidak padam. akhirnya kami ngaku. Ini hanya bercanda. Tak lama kemudian pamit pulang. Ke kost. Tubagus Ismail 1 no 4.
Di jalan tertawa lepas lagi sampai puas. Beginilah hiburan kami waktu zaman kuliah. Belum ada social network di internet kayak sekarang. Atau memang kami yg gaptek.
Terakhir mau minta maaf sama Ratna. Waktu ternyata membuat semua berubah. Bukan waktu deng. Alloh Yang Maha Kuasa. Anes,waktu itu akting lo superb. Keren banget. Fani, makasih sering numpang makan malam. Kapan balik lagi masa-masa itu. :-))
*tulisan ini cuma buat kenang2an aja