Kamis, 15 Mei 2008

Belajar dari Anak I

Anak-anak adalah makhluk yang ajaib. Cobalah ingat waktu kita masih anak-anak. Sebagian besar dari kita akan tersenyum mengingat tingkah laku kita sendiri. Saya termasuk anak yang banyak terkenang ceritanya. Berbagai kejadian tragis seperti keserempet becak, kaki kejepit pipa ataupun membuat kompor meleduk di dapur nenek saya. Ada juga kejadian haru saat kakekku meninggal dunia saat saya baru mengenal dekat dengan beliau. Tentu ada juga cerita bahagia dan senang dalam keluarga kami.
Sekarang saya dititipi Allah seorang anak laki-laki. Secara fisik mirip-mirip dengan saya waktu kecil. Saya amati perkembangan anakku dari hari ke hari. Walau kadang aku pulang kerja dia sudah tidur. (Maafkan Papi ya Fadel). Tadinya saya berpikir dan berusaha bagaimana caranya mendidik Fadel anakku dengan cara terbaik yang dapat kulakukan. Tetapi belakangan paradigma itu sedikit berubah. Ternyata Fadel pun tak disadari telah mendidik Saya. Dia telah membuat Saya harus bisa menjadi lelaki yang bertanggungjawab atas keluarga. Fadel juga menguji kesabaran dan ketabahanku.
Ternyata kita harus banyak belajar dari anak-anak.Mereka bisa tertawa lepas. Mereka memaafkan orang lain dan dirinya sendiri. Mereka melupakan kesalahan hari kemarin. Mereka tidak merisaukan hari esok. Mereka benar-benar menikmati hari ini, saat ini, moment ini. Suatu hal yang sulit dilakukan orang yang telah beranjak dewasa termasuk saya.